Rabu, 27 Juli 2011

Proposal Pengadaan Sound System dan Hadrah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW

Proposal Pengadaan Sound System Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW




I . Bab Pendahuluan

1.1  .Dasar Pemikiran


Assalamu’alaikum Wr Wb Semoga kasih sayang Allah SWT dan Rasulullah SAW tercurah kepada kita semua amin amin yarabbal’alamin. Sejalan perkembangan waktu dan zaman banyak sekali anak muda yang mengandrungi musik – musik , syair-syair dan lirik lagu tertentu yang  jauh  dari syair islamiyah dan seakan-akan mereka mengidolakan artis/penyanyi dan lupa akan bersholawat pada nabi akhir jaman nabi Muhammad SAW. Dan lama kelamaan mereka kehilangan rasa cinta kepada IDOLA umat islam nabi Muhammad SAW . Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW merasakan pula hal tersebut. Tentunya hal itu membuat hati para manusia yang mengIDOLAkan Rasulullah SAW dan bertakwa kepada Allah SWT merasa bersedih.

Salah satu sarana untuk merealisasikan upaya untuk membangkitkan rasa kecintaan masyarakat dan Anak muda kepada Allah SWT dan Rasululla SAW  ialah dengan membangkitkan kembali musik-musik islamiyah & sholawat isyaallah Majelis Ahbabru Rasul SAW akan melaksanakan salah satu syair musik sholawat yaitu Hadrah agar sholawat terus berkumandang dengan mengentengahkan konsep cinta dan kasih sayang sesama manusia khususnya Cinta kepada Rasulullah SAW..





















1.2.      Tujuan Pengadaan
           
Tujuan pengadaan Sound system dan alat musik Hadrah Majelis Ahbabur Dzikir Ahbabur Rasul SAW adalah :

a.    Sebagai sarana dan perasarana meningkatkan tali silaturahmi para jamaah dan kaum muslimin dan muslimat

b.    Alat musik Hadrah sebagai sarana berdakwah islamiyah melalui syair dan sholawat yang dimainkan dengan alunan sholawat mengunakan Hadrah

c.    Alat musik hadrah sebagai pengiring sholawat juga sebagai daya tarik untuk para jamaah agar lebih semangat dalam menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan  Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW.






















II.        Kebutuhan Dan pelaksanaan

2.1.  Alat
           
Alat yang dibutuhkan Majelis Ahbabur Rasul SAW adalah satu set Sound System yang rencananya akan digunakan sebagai  alat pengeras suara pada kegiatan dan acara Majelis dan satu set alat musik hadroh.

2.2.  Pelaksanan
           
Pelaksanaan pengadaan Sound System dan Alat musik Hadrah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW diharapkan pelaksanaannya dapat diselanggarakan pada tahun 2011.

2.3.  Sumber pendanaan
           
Sumber pendanaan dalam rangka pengadaan Sound System dan Hadrah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW dari :
1.    Swadaya rekan-rekan PT. Prakarsa Alam Segar dan
2.     Jama’ah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW

2.4.  Anggaran Dana Pengadaan
           
1.  @ Sound System                                  :           Rp. 3.000.000,-
            2.  @ Alat musik Hadrah                           :           Rp. 2.000.000,- 
                       
Total                                                  :           Rp. 5.000.000,-
                                                                                             (Lima juta Rupiah)












III.       PENUTUP
                
Demikian Proposal ini kami buat berdasarkan kebutuhan guna meperlengkap sarana dan perasarana Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW guna menjalankan dakwah islamiyah.   Besar harapan kami kepada rekan-rekan dan jama’ah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW  dapat turut mendukung dan memberi bantuan dana guna terselangaranya dan berhasilnya Rencana Pengadaan sarana dan perasarana Sound System dan alamt musik Hadrah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW.  Atas perhatian dan kerja sama rekan-rekan dan jama’ah Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW, kami mengucapkan terimakasih.
Wasalamua’laikum Wr.Wb


                                                                                                                     Bekasi, 30 juni 2011


      Ketua                                                                                 seketaris




Ahmad Ridho                                                                       Moch Faizal
                

                                                           






 Mengetahui,
                                         Majelis Dzikir Ahbabur Rasul SAW
                                   

























Kamis, 21 Juli 2011

Keistimewaan dan keutamaan Bulan Suci Ramadhan




Oleh : ical Moch , kamis 22 juli 2011 09.02 WIB 


Keistimewaan dan keutamaan Bulan Suci Ramadhan




Alhamdulillah.
Ramadhan termasuk bulan arab yang dua belas. Ia adalah bulan nan agung dalam agama Islam. Dia berbeda dengan bulan-bulan lainnya karena sejumlah keistimewaan dan keutamaan yang  ada padanya. Di antaranya yaitu:
1.      Allah Azza wa Jalla menjadikan puasa (di Bulan Ramadhan) merupakan rukun keempat di antara Rukun Islam. Sebagaimana firman-Nya:
( شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْه) سورة البقرة: 185
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.(SQ. Al-Baqarah: 185)
Terdapat riwayat shahih dalam dua kitab shahih; Bukhari, no. 8, dan Muslim, no. 16 dari hadits Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله , وأن محمدا عبد الله ورسوله , وإقام الصلاة , وإيتاء الزكاة ، وصوم رمضان , وحج البيت.
 “Islam dibangun atas lima (rukun); Bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan haji ke Baitullah.”
2.      Allah menurunkan Al-Qur’an (di dalam Bulan Ramadan).
Sebagaiamana firman Allah Ta’ala pada ayat sebelumnya,
( شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ )
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah Ta’ala juga berfirman:
( إنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) سورة القدر: 1
“Sesungguhnya Kami turunkan (Al-Qur’an) pada malam Lailatur Qadar.”
3.      Allah menetapkan Lailatul Qadar pada bulan tersebut, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah:
( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ . سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ) سورة القدر: 1-5
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?  Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar : 1-5).
Dan firman-Nya yang lain:
 ( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ) سورة الدخان: 3 
“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhan: 3).
Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan adanya Lailaul Qadar. Untuk menjelaskan  keutamaan malam yang barokah ini, Allah turunkan surat Al-Qadar, dan juga banyak hadits yang menjelaskannya, di antaranya Hadits Abu Hurairah radhialahu ’anhu, dia berkata: Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ , تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ , وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ , وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ , لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ, مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ” رواه النسائي ( 2106 ) وأحمد (8769) صححه الألباني في صحيح الترغيب ( 999 ) .
“Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian, bulan (penuh) barokah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu. Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia terhalang (mendapatkan kebaikan yang banyak).” (HR. Nasa’I, no. 2106, Ahmad, no. 8769. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib, no. 999)
Dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam  bersabda:
 مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . (رواه البخاري، رقم 1910، ومسلم، رقم  760 ) 
“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1910, Muslim, no. 760).
4.      Allah menjadikan puasa dan shalat  yang dilakukan dengan keimanan dan mengharapkan (pahala) sebagai sebab diampuninya dosa
       Sebagaimana telah terdapta riwayat shahih dalam dua kitab shahih; Shahih Bukhori, no. 2014, dan shahih Muslim, no. 760, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, sesungguhnya Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang berpuasa (di Bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.
Juga dalam riwayat Bukhari, no. 2008, dan Muslim, no. 174, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ومن قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
”Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”.
Umat islam telah sepakat (ijma) akan sunnahnya menunaikan qiyam waktu malam-malam Ramadhan. Imam Nawawi telah menyebutkan bahwa maksud dari qiyam di bulan Ramadhan adalah shalat Taraweh, Artinya dia mendapat nilai qiyam dengan menunaikan shalat Taraweh.
5.       Allah (di bulan Ramadhan) membuka  pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka dan membelenggu setan-setan.
        Sebagaimana dalam dua kitab shahih, Bukhari, no. 1898, Muslim, no. 1079, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, dia berkata: Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
 إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة , وغلقت أبواب النار , وصُفِّدت الشياطين
“Ketika datang (bulan) Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu”.
6.      Pada setiap malam (bulan Ramadan) ada yang Allah bebaskan dari (siksa) neraka. Diriwayatkan Ahmad (5/256) dari hadits Abu Umamah, sesungguhnya Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
لله عند كل فطر عتقاء. (قال المنذري: إسناده لا بأس به، وصححه الألباني في صحيح الترغيب، رقم 987)
“Pada setiap (waktu) berbuka, Allah ada orang-orang yang dibebaskan (dari siksa neraka)” (Al-Munziri berkata: ”Sanadnya tidak mengapa”, dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih At-Targhib, no. 987)
Diriwayatkan dari Bazzar (Kasyf, no. 962), dari hadits Abu Said, dia berkata: Rasulullah sallallahu’alaihi wasallan bersabda:
إن لله تبارك وتعالى عتقاء في كل يوم وليلة _ يعني في رمضان _ , وإن لكل مسلم في كل يوم وليلة دعوة مستجابة ”
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala memberikan kebebasan dari siksa neraka pada setiap malam –yakni di bulan Ramadan- dan sesungguhnya setiap muslim pada waktu siang dan malam memiliki doa yang terkabul (mustajabah)”.
7.       Puasa pada bulan Ramadan (merupakan) sebab terhapusnya dosa-dosa yang lampau sebelum Ramadan jika menjauhi dosa-dosa besar.
         Sebagaimana terdapat riwayat dalam shahih Muslim, no. 233, sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wasallam bersabda:
  الصلوات الخمس , والجمعة إلى الجمعة , ورمضان إلى رمضان , مكفرات ما بينهن إذا اجتنبت الكبائر
“Dari shalat (ke shalat) yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadan ke Ramadhan, semua itu dapat menghapuskan (dosa-dosa) di antara waktu tersebut, jika menjauhi dosa-dosa besar.”
8.       Puasa (di bulan Ramadan) senilai puasa sepuluh bulan.
          Yang menunjukkan hal itu, adalah riwayat dalam shahih Muslim, no. 1164, dari hadits Abu Ayub Al-Anshary, dia berkata:
 من صام رمضان , ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa yang berpuasa (pada bulan Ramadhan) kemudian diikuti (puasa) enam (hari) pada bulan Syawwal, maka hal itu seperti puasa setahun”.
Juga diriwayatkan oleh Ahmad, no. 21906, sesunggunya Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
من صام رمضان فشهر بعشرة أشهر ، وصيام ستة أيام بعد الفطر فذلك تمام السنة
“Siapa yang berpuasa (pada bulan) Ramadan, maka satu bulan sama seperti sepuluh bulan. Dan (siapa yang berpuasa setelah itu) berpuasa selama enam hari sesudah Id (Syawal), hal itu (sama nilainya dengan puasa) sempurna satu tahun”.
9.      Orang yang menunaikan qiyamul lail (Taraweh) bersama imam hingga selesai, dicatat baginya seperti qiyamul lail semalam (penuh).                         
          Sebagaimana terdapat riwayat dari Abu Daud, no. 1370 dan lainnya dari hadits Abu Dzar radhiallahu ’anhu, dia berkata: Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Bahwasiapa menunaikan qiyamul lail bersama imam hingga selesai, dicatat baginya (pahala) qiyamul lail semalam (penuh)”. (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab ‘Shalat Taraweh’,  hal. 15)
10.  Melaksanakan umrah pada bulan Ramadan, (pahalanya) seperti haji.
       Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 1782, dan Muslim, no. 1256, dari Ibnu Abbas radhiallahu ’anhuma, dia berkata: Rasulullah sallallahu ’alaihi wasallam bersabda kepada wanita dari Anshar: ”Apa yang menghalangi anda melaksanakan haji bersama kami?” Dia berkata: ”Kami hanya mempunyai dua ekor onta untuk menyiram tanaman. Bapak dan anaknya menunaikan haji dengan membawa satu ekor onta dan kami ditinggalkan satu ekor onta untuk menyiram tanaman.” Beliau bersabda: “Jika datang bulan Ramadan tunaikanlah umrah, karena umrah (di bulan Ramadhan) seperti haji”. Dalam riwayat Muslim: “(seperti) haji bersamaku”.
11.  Disunnahkan i’tikaf
       karena Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam senantiasa melaksanakannya, sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiallahu ’anha, sesungguhnya Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam biasanya beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah ta’ala mewafatkannya, kemudian istri-istrinya beri’tikaf (sepeninggal) beliau”. (HR. Bukhari, no. 1922,  Muslim, no. 1172).
12.  Sangat dianjurkan sekali pada bulan Ramadan tadarus Al-Qur’an dan memperbanyak tilawah. 
       Cara tadarus Al-Qur’an adalah dengan membaca (Al-Qur’an) kepada orang lain dan orang lain membacakan (Al-Qur’an) kepadanya. Dalil dianjurkannya (adalah): “Sesungguhnya Jibril bertemu Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam setiap malam di bulan Ramadhan dan membacakan (Al-Qur’an) kepadanya”. (HR. Bukhari, no. 6, dan Muslim, no. 2308). Membaca Al-Qur’an dianjurkan secara mutlak, akan tetapi pada bulan Ramadan sangat ditekankan.
13.  Dianjurkan di bulan Ramadhan memberikan buka kepada orang yang berpuasa, 
       berdasarkan hadits Zaid Al-Juhany radiallahu ’anhu berkata, Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Barangsiapa memberi buka (kepada) orang yang berpuasa, maka dia (akan mendapatkan) pahala seperti orang itu, tanpa mengurangi pahala orang berpuasa sedikit pun juga”. (HR.Tirmizi, no. 807,  Ibnu Majah, no. 1746, dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam shahih Tirmizi, no. 647).
Wallahu’alam .


                                                                             @crated MF_islam_inside